TUGAS
ILMU BUDAYA DASAR
Budaya Asia-Eropa
Budaya Asia-Eropa
(Etnis
Peranakan di Negara Singapura)
Disusun
Oleh :
Koni
Larasati
16430001
Ilmu
Hubungan Internasional
Disusun
guna melengkapi nilai Ulangan Akhir Semester (UAS)
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kita nikmat dan karunianya
sehingga kita masih bisa merasakan nikmat yang diberikan kepada kita,
lebih-lebih lagi dalam nikmat iman.
Shalawat beserta salam tidak lupa kita lantunkan
kepada jujungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah bersusah payah membawa
kiat dari alam kegelapan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan. Untuk itu
mari kita berselawat kepada beliau agar mendapat syafaat.
Kami sebagai penulis sebelumnya meminta maaf apabila
dalam penulisan makalah tentang Sejarah kelompok etnis peranakan di singapura,
ini banyak terdapat kesalahan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan perbaikan
dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca. Guna perbaikan yang akan datang.
Surakarta, 26 Desember
2016
PENULIS
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam pengertian persentase etnis, penduduk Singapura
relatif stabil, semenjak pertengahan abad ke-19. Perubahan demografik yang
mengesankan terjadi pada awal abad ke-19, ketika penduduk Cina secara perlahan
mulai mengambil alih menjadi penduduk mayoritas yang menonjol dibanding yang
bersuku Melayu. Sejak tahun 1891 jumlah penduduk Cina Singapura adalah 67.1%,
Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain, termasuk Eropa dan Arab, 4.3%.
Sensus yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan keseluruhan penduduk
Singapura berjumlah 2.7 jutaorang. Komposisi penduduknya terdiri dari mayoritas
Cina dengan 77.7%, Melayu14.1%, India 7.1 % dan warga lainnya 1.1%. Sementara
itukalau jumlah penduduk dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus
yangsama tahun 1990 adalah sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme
22.4%;Islam 15.3%; Kristen 12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon
Siddique,1995:1). Dilihat dari komposisi keagamaan, etnis Melayu secara
mayoritasmerupakan pemeluk agama Islam. Atau bahkan bisa dikatakan bahwa etnis
Melayu berarti Islam.
Islam di Singapura merupakan agama minoritas.
Berdasarkan data pada 2008, sekitar 15 persen penduduk Singapura yang jumlahnya
4.839.000 adalah Muslim. Mayoritas kelompok etnik Melayu di Singapura memeluk
Islam. Selain itu,pemeluk Islam meliputi kelompok etnik India dan Pakistan,
juga sejumlah kecilkelompok etnik Cina, Arab, dan Eurasia. Sekitar 17 persen
muslimin Singapura berasal dari kelompok etnik India. Kaum muslim di Singapura
secara tradisi merupakan muslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafi’i. Sebagian
muslim Singapura mengikuti mazhab Hanafi. Ada juga kelompok muslim Syiah di
Singapura.
Komposisi penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama
dengan 380.600 orang. Dilihat Pendidikan Sekolah Menengah Atas 3.5% dan
Pendidikan Tinggi 1.4%. Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya
adalah: Bidang Teknik dan Professional9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial
1.1%; Ulama dan Guru Agama/ProfesiKeagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%:
Pertanian dan Nelayan 0.3%; Produksidan Relasi 13 57% dan lain-lain 2.5%.
Mengenai partisipasi kerja antara laki-lakidan perempuan adalah: laki-laki
pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (SharonSiddique, 1995:4). Dalam dua puluh
tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990,menurut Sharon Siddique, telah
terjadi perubahan yang dramatis atas Muslim-Melayu Singap.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja istilah-istilah dari etnis peranakan?
2. Bahasa apa saja yang digunakan oleh etnis peranakan?
3. Agama apa yang di anut dalan etnis peranakan?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
ETNIS PERANAKAN
Orang
Peranakan, Tionghoa Peranakan (atau hanya "Peranakan", dan
"Baba-Nyonya" di Malaysia) adalah istilah yang digunakan oleh para
keturunan imigran Tionghoa yang sejak akhir abad ke-15 dan abad ke-16 telah
berdomisili di kepulauan Nusantara (sekarang Indonesia), termasuk Malaya
Britania (sekarang Malaysia Barat dan Singapura). Di beberapa wilayah di
Nusantara sebutan lain juga digunakan untuk menyebut orang Tionghoa Peranakan,
seperti "Tionghoa Benteng" (khusus Tionghoa-Manchu di Tangerang) dan
"Kiau-Seng" (di era kolonial Hindia Belanda).
Anggota etnis ini di Malaka, Malaysia
menyebut diri mereka sebagai "Baba-Nyonya". "Baba" adalah
istilah sebutan untuk laki-lakinya dan "Nyonya" istilah untuk
wanitanya. Sebutan ini berlaku terutama untuk populasi etnis Tionghoa dari
Negeri-Negeri Selat di Malaya kala era kolonial, Pulau Jawa yang kala itu
dikuasai Belanda, dan lokasi lainnya, yang telah mengadopsi kebudayaan
Nusantara - baik sebagian atau seluruhnya - dan menjadi lebih berasimilasi
dengan masyarakat pribumi setempat. Banyak etnis ini yang merupakan kaum elit
Singapura, lebih setia kepada Inggris daripada Tiongkok. Sebagian besar telah
tinggal selama beberapa generasi di sepanjang selat Malaka dan sebagian besar
telah memiliki garis keturunan dari perkawinan dengan orang Nusantara pribumi
dan Melayu. Etnis Peranakan biasanya merupakan pedagang, perantara antara
Inggris dan Tiongkok, atau Tionghoa dan Melayu, atau juga sebaliknya karena
mereka dididik dalam sistem Inggris. Karena itu, orang Peranakan hampir selalu
memiliki kemampuan untuk berbicara dalam dua bahasa atau lebih. Dalam generasi
selanjutnya, banyak yang telah kehilangan kemampuan untuk berbicara rumpun
bahasa Tionghoa karena mereka telah berasimilasi dengan budaya Semenanjung
Malaya dan telah berbicara lancar Bahasa Melayu sebagai bahasa pertama atau
kedua.
Istilah "Peranakan" paling
sering digunakan di kalangan etnis Tionghoa bagi orang keturunan Tionghoa, di
Singapura dan Malaysia orang keturunan Tionghoa ini dikenal sebagai Tionghoa
Selat (土生華人;
karena domisili mereka di Negeri-Negeri Selat), namun ada juga masyarakat
Peranakan lain yang relatif kecil, seperti India Hindu Peranakan (Chetti),
India Muslim Peranakan (Jawi Peranakan atau Jawi "Pekan") (Abjad Jawi
menjadi tulisan Arab yang telah di-Jawa-kan,"Pekan" adalah istilah
sehari-hari yang telah mengalami kontraksi pengucapan dari
"Peranakan"[3]) dan Peranakan Eurasia (Kristang) (Kristang = Kristen).
Kelompok ini memiliki hubungan paralel dengan orang Hokkian Kamboja, yang
merupakan keturunan Tionghoa Hoklo. Mereka mempertahankan sebagian budaya
mereka meskipun bahasa asli mereka secara bertahap menghilang beberapa generasi
setelah bermukim.
B. KAUM
PERANAKAN
Kaum Peranakan di
Singapura merupakan perpaduan yang menarik dari budaya-budaya di wilayah ini. Selera
pedas Melayu yang memengaruhi cita rasa hidangan Peranakan sangat umum dijumpai
dalam kelompok etnis ini. Peranakan merupakan paduan yang menarik dari
budaya-budaya di wilayah ini. Istilah Peranakan mengacu kepada orang-orang yang
diturunkan dari pernikahan lelaki Tiongkok atau India dan perempuan Melayu
lokal atau Indonesia yang dapat dijumpai di seluruh Asia Tenggara. Peranakan
Tionghoa, atau kaum Tionghoa Semenanjung, di Singapura dapat melacak asal
muasal mereka ke Melaka abad ke-15, ketika leluhur mereka, para pedagang
Tiongkok, menikahi wanita Melayu setempat.
Ada juga Chitty Melaka, atau Peranakan India,
keturunan dari pernikahan antara pedagang Hindu India Selatan dan wanita
setempat, serta Peranakan Jawi, yang diturunkan oleh pernikahan lintas ras
antara pedagang Muslim-India Selatan dan wanita dari masyarakat setempat. Banyak
di antara kaum Peranakan mula-mula menjadi pedagang dan membuka toko, sementara
yang lain terjun ke sektor properti, pelayaran, dan perbankan. Meskipun banyak
orang Tionghoa Semenanjung berasimilasi dengan komunitas Tionghoa yang lebih
luas, mereka masih memelihara ciri-ciri budaya yang khas – terutama dalam
makanan dan busana tradisional mereka.
Hidangan Nonya, yang dinamai berdasarkan para wanita
yang mengolahnya, menerima pengaruh yang kuat dari Melayu dan Indonesia dalam
penggunaan santan dan rempah-rempah. Busana tradisional wanita Peranakan, yang
dikenal sebagai Nonya Kebaya, menampilkan detail-detail yang dibordir dengan
indah.
Etnis peranakan merupakan perpaduan antara budaya –
budaya yang berkembang di Singapura. Istilah peranakan ini mengacu pada orang –
orang keturunan dari laki – laki Tiongkok atau India dan perempuan Melayu lokal
atau Indonesia. Bidang pekerjaan dari etnis peranakan ini menjadi seorang
pedagang dan membuka toko – toko, properti, pelayaran, dan perbankan. Etnis
peranakan ini memiliki pakaian tradisional yang dikenal dengan Kebaya Nonya.
Kebaya ini dipengaruhi oleh Sarong Kebaya Melayu.
Lebih lanjut, agama yang dianut oleh mayoritas
penduduk negara Singapura yaitu Budha atau Tao dan Konfusius, sekitar 50 %,
Islam, Kristen, sekitar 15 %, dan Katolik. Agama Islam, mayoritas di anut oleh
penduduk yang beretnis India atau Pakistan. Lebih lanjut, agama lain yang juga
dianut oleh penduduk Singapura yaitu Kong Hu Chu dan Hindu sekitar 5 %.Meskipun
terdapat keragaman penduduk, namun di negara Singapura ini tidak pernah terjadi
kerusuhan maupun pertikaian yang terjadi di antara umat beragama. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kehidupan di Singapura ini sangat teratur, aman, dan
tenang.
Bahasa resmi yang digunakan oleh penduduk negara Singapura
yaitu bahasa Inggris. Sedangkan, bahasa ibu yang pada umumnya digunakan dalam
percakapan sehari – hari, antara lain bahasa Melayu, bahasa Mandarin, dan
bahasa Tamil. Akibat dari adanya keragaman bahasa yang digunakan, maka bahasa
inggris di Singapura mengalami perubahan yang dapat berpengaruh pada logat
maupun struktur dari bahasanya. Kondisi tersebut menyebabkan perbedaan dengan
bahasa Inggris yang biasa digunakan.
Bahasa Inggris yang dimiliki oleh negara Singapura
mengandung struktur melayu. Hak tersebut kadang menjadikan orang asing sulit
mengerti. Bahasa Inggri Singapura yang unik ini disebut dengan Singlish atau
Singaporean English.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Etnis peranakan merupakan paduan yang menarik dari
budaya-budaya di wilayah ini. Istilah Peranakan mengacu kepada orang-orang yang
diturunkan dari pernikahan lelaki Tiongkok atau India dan perempuan Melayu
lokal atau Indonesia yang dapat dijumpai di seluruh Asia Tenggara. Istilah
"Peranakan" paling sering digunakan di kalangan etnis Tionghoa bagi
orang keturunan Tionghoa, di Singapura dan Malaysia orang keturunan Tionghoa
ini dikenal sebagai Tionghoa Selat.
Terimakasih, infonya sangat berguna :)
BalasHapusbaru tau kalo di singapura itu ada etnis peranakan , tambah ilmu . makaasih konila ~
BalasHapusBagus sekali penulisan artikelnya, terimakasih info mengenai peranakan yg diusung di artikel ini..
BalasHapusAllhmdulilah berfaedah slololo
BalasHapusjdi tmbah ilmu nih heheh
BalasHapusjdi tmbah ilmu nih heheh
BalasHapusjdi tmbah ilmu nih heheh
BalasHapusWah baru tau nih ada etnis peranakan, bermanfaat banget.. kereeenn..
BalasHapusMbak konila bagi pin bb dong :3
Wah baru tau nih ada etnis peranakan, bermanfaat banget.. kereeenn..
BalasHapusMbak konila bagi pin bb dong :3
Makasih atas infonya kak. Bru tau kalo ada juga yg namamya etnis peranakan.gutjobb
BalasHapusbagus gan,sudah masuk kriteria bagus untuk nilai A
BalasHapuskeren gan.. sangat bermanfaat postingan anda
BalasHapusSangat bermanfaat artikelnya👍
BalasHapusSangat bermanfaat artikelnya👍
BalasHapusMasya Allah.. terima kasih info nya.. kalo bisa foto nya dibanyakin gan biar gregret
BalasHapusMantap postingannya mba
BalasHapusArtikelnya sangat bermanfaat beb
BalasHapusowalah ternyata ada toh sejarah etnis peranakan di singapore jadi tau saya hahahaha. artikel ini semoga dapet A karena isinya bermutu dan bermanfaat kalau tidak A kebangetan.
BalasHapusSaya sangat tercengang sekali dengan artikel ini. Kapan kapan buat lagi.
BalasHapusMakasih artikelnya membantu sekali.
BalasHapusTerus kan kakak.
MAKASIH ARTIKELNYA GAN
BalasHapusBagus lur sangat membaning eh bantu hehehe
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMantap lurr artikelnya, berisi konten2 yang sesuai dengan data real yang terdapat pada sejarah etnis peranakan di singapura, sangat membantu bagi para pembaca mengetahui sejarah etnis di singapura tersebut
BalasHapusartikelnya bagus (y)
BalasHapusBagus, bermanfaat bgt(y)
BalasHapus